Minggu, 19 Januari 2014

Gak Perlu Besar Untuk Bisa Maju

Mobnas Masa Depan?


Ketika negara barat dan sebagian negara timur sudah merajai industri barang dan jasa, kita patut bertanya tentang negara tercinta kita Indonesia. Di manakah peran kita dalam percaturan ekonomi dunia?, apalagi dalam perang barang-barang industri yang marak masuk ke dalam negeri. Indonesia ditarget oleh beberapa negara, termasuk jepang dengan industri otomotifnya dengan membuat pabrik perakitan di sini, namun pabrik perakitan ini secara filosofis adalah milik negara lain, merek luar negeri, dan meskipun beberapa pengusaha dalam negeri juga kecipratan, namun sesungguhnya industri seperti ini tidak akan membesarkan Indonesia sebagai negara industri.



Berbagai merek luar negeri masuk membanjiri pasaran kita, dan datanglah resistensi dari kalangan anak bangsa dengan berusah menandinginya dengan merek dalam negeri pula. Banyak yang mengeluh, kita kalah modal. Banyak yang berpikiran Indonesia terlambat start masuk ke dalam era industri... Omong Kosong! Era industri tidak usah diperangi dan dimenangkan dengan modal, bahkan kita tidak bisa dibilang terlambat. Kenapa? Indonesia adalah negeri para keratif, di mana kaum Indie tersebar di mana-mana. Di mulai dari Industri fesyen, kita mulai bangkit dengan berjamurnya distro lokal di kota-kota besar Indonesia. Apakah fenomena kreatif Indie ini harus berhenti di fesyen? Ternyata tidak, karena mulai juga berjamuran industri kreatif di bidang makanan dan mencoba bertahan melawan gempuran merek makanan luar negeri. Digempur Volcom ataua Rip Curl? Kita punya Ouval research dan Dagadu. Sepatu Gucci atai Versace, lawan dengan Edward Forrer atau Donatello. Dunkin Donuts, hajar pake J.Co... Dan ingatlah, merek besar juga berawal dari yang kecil. Bermodal tekad dan kreatifitas, industri kecil bisa membesar seperti bola salju yang menggelinding turun gunung.

Industri Kreatif VS Industri Massal dan Pabrik Besar

Tidak harus bermodal besar untuk bisa untung usaha, tidak perlu menjadi Indomie untuk mencari untung dalam bisnis mie, cukup jadi Mang Akung, atau Mang Afung... Besar ataupun kecil usahanya, yang penting dikelola dengan kreatif dan profesional, maka akan lebih bermanfaat bagi semua stakeholder bisnis tersebut, mulai dari pemilik usaha, karyawan, sampai pelanggan.

Kembali ke persoalan bisnis indie di atas, apakah hanya bisa diterapkan pada fesyen dan kuliner? Ternyata tidak, kita bahkan bisa membuat industri mobil nasional dengan berkonsep usaha indie. Kenapa ya banyak orang beranggapan industri otomotif memerlukan modal sangat besar sehingga pemerintah pun dituntut untuk mendukung? Padahal dengan modal seadanya saja, bisnis mobil nasional bisa dibangun dari awal, Yang penting target marketnya. Adalah salah kalau mau memulai bisnis mobil nasional tapi mau sok melawan Honda atau Toyota yang sudah merajai pasar. Solusinya, carilah pasar niche untuk bisnis Mobnas ini, seperti kalangan jet set ataupun para maniak offroad. Buatlah mobil sport, sedan super mewah limited edition, atau customized 4x4 offroader. Tidak perlu pabrik sebesar pabrik Toyota kok, cukup bengkel yang lumayan lengkap. Blok mesin? Bisa diimpor dulu kok kalau belum bisa memproduksi. Banyak kok mobil sport mewah yang mesinnya buatan merek lain, misalnya Audi R8 dengan mesin dari Lamborghini, Pagani Huayra dengan mesin Mercedes-AMG, atau Gumpert Apollo dengan mesin Audi... Punya mobil gak usah buat mesin sendiri kan...
Pagani Huayra


Gumpert Apollo


Gak pernah dengar Pagani atau Gumpert? Karena mereka memang mengkhususkan diri membuat mobil2 super cepat dan mahal, jadi orang biasa seperti kita ya gak akan kenal... Coba bayangkan, mobil mahal seperti Pagani atau Gumpert berapa coba karyawannya... Pagani 55 orang, dan Gumpert cuman 45 orang... Bisnis kecil kan? Tapi dengan barang yang mewah... Bandingkan dengan karyawan pabrik Toyota yang sampai ribuan...
Coba Mobnas kita berhaluan seperti Pagani atau Gumpert, masa sih di negeri 200 juta orang ini tidak ada 60 saja orang yang berpengalaman untuk membuat supercar mewah... Yang penting adalah profesionalitas...

Kesimpulannya, tidak perlu industri yang besar untuk bisa memajukan bangsa, cukup dengan kereatifan dan keprofesionalan, maka kita akan bisa terus maju...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar